Senin, 25 November 2013

Rumah Sakit Muhammadiyah di Era Healthcare Industries**

**Dimuat di Majalah MATAN PW Muhammadiyah Jawa Timur, Edisi Okrober 2013

Era milenium ketiga ditandai peradaban umat yang demikian maju termasuk dalam bidang kesehatan. Rumah sakit berkembang menjadi sarana healthcare industries, dimana beberapa orang datang ke rumah sakit bukan hanya ketika sakit atau membutuhkan pertolongan. Beberapa orang datang ke rumah sakit sebagai kebutuhan dan keinginan meningkatkan kualitas hidup serta gaya hidup. Sebagaimana diulas oleh kompas.com pada rubrik HEALTH tanggal 07 Maret 2013 bahwa jumlah warga negara Indonesia yang berobat keluar negeri terus bertambah. Keunggulan teknologi, kemampuan medik dan keramahan layanan menjadi alasan pendorong. Data pada Direktorat Jenderal Pengembangan Pariwisata Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif mencatat 600.000 warga Indonesia berobat keluar negeri pada tahun 2012 dengan nilai devisa yang keluar sebesar USD 1.4 miliar atau setara Rp 13.5 triliun. Berdasarkan data tersebut terbersit pertanyaan berapa persen WNI muslim didalamnya dan berapa persen warga Muhammadiyah mengunjungi rumah sakit di luar negeri atau rumah sakit asing di Indonesia setiap tahun. Beberapa rumah sakit asing bahkan menjemput bola dengan mendirikan rumah sakit di Indonesia dengan standar kualitas yang sama dengan di negara asalnya. Kondisi demikian menjadi tantangan untuk menjadikan rumah sakit lokal, rumah sakit Islam/ Muhammadiyah setara bahkan melebihi rumah sakit asing. Keberadaan rumah sakit asing di Indonesia sesungguhnya bukan sesuatu yang baru terjadi pada era sekarang. Rumah sakit asing yang didirikan warga asing sudah ada sejak masa kolonial Belanda seiring dengan misi penyebaran agama, politik etis dan bisnis. Adalah Haji Muhammad Sudjak perumus gerakan sosial Muhammadiyah yang mampu menanamkan keyakinan kepada warga Muhammadiyah tentang kemampuan untuk mendirikan rumah sakit sebagaimana dilakukan oleh warga asing khususnya Belanda. Tokoh generasi awal Muhammadiyah kelahiran kauman Yogyakarta tahun 1885M/1303H ini berpendapat jika orang asing mampu mendirikan rumah sakit dan panti asuhan karena didorong oleh semangat kemanusiaan maka orang-orang Islam khususnya warga Muhammadiyah juga pasti bisa dengan dilandasi semangat tanggungjawab kepada Allah SWT. Perlahan tapi pasti sejak mendapat amanah pada Bagian PKO dalam kepengurusan Muhammadiyah tahun 1921 berhasil didirikan rumah sakit, panti sosial dan amal usaha sosial lainnya. Rumah sakit yang awalnya hanya ada di pusat Muhammadiyah Yogyakarta telah berkembang di seluruh daerah, cabang dan ranting seiring dengan perkembangan persyarikatan. Rumah Sakit Muhammadiyah (RSM) keberadaanya termasuk assabiqunal awwaluna generasi pertama dalam organisasi persyarikatan dalam wujud PKO (Penolong Kesengsaraan Oemoem). PKO memberikan pertolongan kepada rakyat yang mayoritas dalam kondisi menderita akibat penjajahan, kemiskinan struktural efek politik sistem tanam paksa dan kerja rodi. Seiring dengan usia Muhammadiyah yang memasuki 101 tahun, beberapa RSM telah menunjukkan kualitasnya sebagai rumah sakit yang representatif tanpa melupakan asbaabul wujudnya sebagai penolong kesengsaraan umum. Misi ibadah dan sosial telah ditunjang oleh pengelolaan profesional diantaranya dengan pelaksanaan audit laporan keuangan. Era healthcare industries sebagai bagian dari meningkatnya peradaban manusia adalah keniscayaan yang harus dihadapi dan diikuti sebagai bagian dari tuntutan pasar serta profesionalisme. Pemetaan ukuran kemajuan dan keberhasilan RSM dalam era healtcare industries penting dijabarkan dalam visi, misi dan standard operating procedures yang update. Sebagaimana pernah disampaikan M. Amin Rais dalam tausiyahnya kepada dokter-dokter RS PKO Muhammadiyah Yogyakarta (diabadikan Suara Muhammadiyah No.17/78/1993:Ukuran Keberhasilan) bahwa ukuran keberhasilan amal usaha RSM sbb : Profesional Bentuk profesionalisme dalam pengelolaan RSM adalah administrasi dan organisasi yang jujur, rapi, tertib, transparan sehingga tidak memberikan kesempatan pada siapapun melakukan penyimpangan atau penyelewengan. Adil Tidak ada kesenjangan yang lebar antara gaji dokter dan karyawan. Perbedaan gaji sesuai kemampuan dan keahlian sebagai sesuatu hal yang wajar tidak bertentangan dengan prinsip keadilan. Dakwah RSM yang bersih, pelayanan ramah, tarif wajar, susana sejuk dan tenang sebagai sarana dakwah. Masyarakat yang memperoleh manfaat dari amal usaha RSM secara otomatis menghubungkan penampilan dan perilaku SDI amal usaha RSM dengan Muhammadiyah dan Islam secara umum. Kompetitif Kemampuan kompetitif dengan semangat fastabiqul khairat. Dalam era penuh persaingan yang tidak memiliki daya kompetitif akan ditinggalkan oleh masyarakat konsumen. Keikhlasan Dengan keikhlasan tidak akan mudah patah semangat atau kecil hati untuk terus menjalankan amal shalih menggapai cita-cita. Kemuhammadiyahan Memberikan infaq untuk persyarikatan sebagai organisasi induk. Sebagian besar RSM terletak di kawasan strategis pusat kota, jalan protokol propinsi dan jalan protokol nasional. Potensi lokasi, profesionalisme, semangat keikhlasan, keramahan khas Indonesia dan kemuhammadiyahan sebagai modal RSM untuk mampu bersaing di era healthcare industries dalam rangka mewujudkan RSM bertaraf internasional menjadi tuan di negeri sendiri. Wallahu'alam bisshawab Oleh-oleh dari Audit Laporan Keuangan 15 Rumah Sakit Muhammadiyah di Jawa Timur th-2012 bersama KAP HABIB BASUNI