Selasa, 18 Desember 2012

Softskils Akuntan Pemimpin Perusahaan

Mencermati akuntan-akuntan yang menduduki posisi puncak perusahaan Badan Usaha Milik Negara seperti Emirsyah Satar Dirut PT. Garuda Indonesia, Ignasius Jonan Dirut Kereta Api dan eks.Dirut Bahana Sarana Pengembangan Usaha serta akuntan pada posisi puncak perusahaan negara/ swasta besar menunjukkan bahwa beliau-beliau tersebut telah terasah/mengasah hardskils dan softskils secara seimbang. Menjadi pemimpin puncak di sebuah korporasi besar selain telah teruji kapasitas dan kapabilitas keilmuannya sebagai bagian dari hardskils, telah teruji pula kapasitas dan kapabilitas kepemimpinannya sebagai bagian dari softskils. Akuntan sebagai sebuah profesi yang berhubungan dengan pencatatan transaksi keuangan dan segala sesuatu bernilai uang organisasi dengan hasil akhir berupa penyajian laporan keuangan organisasi berupa neraca, labarugi, aruskas, perubahan modal, catatan dan analisanya. Dalam menjalankan fungsi tersebut diperlukan sebagian besar hardskils meliputi pengetahuan dan ketrampilan berhitung, menjurnal serta teori akuntansi dengan sedikit softskills berkomunikasi dengan pihak-pihak terkait dengan bukti-bukti transaksi sebelum dijurnal. Akuntan pada level staf kapasitas dan pekerjaan hardskils diperlukan dalam porsi lebih banyak daripada softskils. Menapak level berikutnya sebagai supervisor dituntut untuk tetap menjaga kapasitas dan kapabilitas hardskils dengan pentingnya mengasah softskils sebagai seorang pemimpin yang membimbing bawahan walaupun dalam skala kecil. Hardskils yang dituntut pada level supervisor diantaranya kemampuan analitis terhadap hasil kerja bawahan untuk disampaikan ke atasan berikutnya. Bentuk analitis paling sederhana bagi level supervisors diantaranya mampu menyajikan catatan atas laporan keuangan untuk memberikan penjelasan atas pos-pos laporan keuangan. Adapun softskils yang dituntut dari seorang supervisor yaitu kepemimpinan untuk dapat memotivasi dan memberi petunjuk bawahan agar hasil kerja baik serta kemampuan komunikasi efektif dalam penyampaian hasil kerja kepada atasan berikutnya. Supervisors tidak lagi melakukan pekerjaan jurnal entry, namun harus tetap memegang prinsip-prinsip jurnal entry dalam membuat laporan analisa khususnya saat diperlukan melakukan koreksi dalam bentuk reklasifikasi akun misalnya. Tantangan pada posisi supervisors sebagai pemimpin level pertama untuk mampu menyesuaikan diri terhadap tekanan kerja dan mampu memimpin bawahan serta mengkader bawahan untuk dapat menapak jenjang karir berikutnya. Menapak level berikutnya sebagai manajer, direktur bahkan sebagai direktur utama sebuah perusahaan, tuntutan terhadap kapasitas dan kapabilitas hardskills perlu diimbangi dengan kapasitas dan kapabilitas softskills yang lebih memadai. Dalam menapak jenjang karir menuju puncak tanggungjawab di sebuah organisasi, kapasitas dan kapasitas hardskills serta softskills seorang akuntan diuji pada setiap jenjang. Kapasitas dan kapabilitas hardskills akuntan tidak berkurang pada level yang semakin meningkat, namun berkurang dalam aspek pelaksanaan operasionalnya. Manajer tidak lagi perlu membuat sendiri laporan analisa untuk disampaikan kepada direktur, tetapi dengan pengalaman dan penguasaannya terhadap prinsip akuntansi serta analisanya akan mampu mengarahkan bawahan untuk membuat laporan analisa untuk disampaikan kepada direktur. Akuntan pada posisi direktur dan direktur utama perusahaan dituntut meningkatkan kapasitas dan kapabilitas hardskills-softskills sekaligus, dengan porsi lebih besar untuk penguasaan softskils. Hardskills dalam melakukan analisa angka-angka memperhatikan berbagai aspek dan faktor di dalam dan di luar perusahaan termasuk aspek sosial politik, pasar dan makro ekonomi. Softskills kemampuan berkomunikasi dengan bagian-bagian lain di dalam perusahaan dan bernegosiasi dengan pihak di luar perusahaan penting untuk memajukan perusahaan. Negosiasi selain diperlukan softskils komunikasi yang baik juga diperlukan kemampuan mendengar, kompromi, kesabaran dan memahami/menghormati teman bicara. Pada posisi puncak suatu perusahaan tidak memerlukan jenjang pendidikan lanjutan setingkat strata-2, strata-3 tetapi tidak ada salahnya jika menempuh jenjang pendidikan lanjutan untuk memimpin perusahaan. Jenjang pendidikan strata-1 akuntansi secara teknis sudah cukup untuk dapat memimpin perusahaan, karena sebagaimana disebutkan diatas bahwa porsi softskils untuk seorang pemimpin dituntut lebih dominan. Untuk menyelesaikan masalah perusahaan khususnya masalah keuangan yang semakin kompleks, seorang akuntan pemimpin perusahaan yang hanya berjenjang starata-1 dapat belajar dari pengalaman kerja, belajar otodidak atau meminta bantuan konsultan dari berbagai disiplin ilmu untuk membantu mengurai serta memecahkan masalah perusahaan. Trend akuntan di posisi puncak perusahaan bisa terus berkembang seiring era tuntutan publik akan transparansi keterbukaan manajemen yang efektif dan efisien. Akuntan pada posisi puncak perusahaan dianggap mampu bersikap accountable, mampu menjaga efektifitas, efisiensi, keekonomian perusahaan, seimbang menjaga kepentingan pemegang saham dalam bentuk optimalisasi laba tanpa mengesampingkan kesejahteraan karyawan serta kepedulian terhadap masyarakat/ lingkungan. Sejauh mana akuntan berani menjawab tantangan dunia usaha dan masyarakat tentunya bergantung pada para akuntan menyiapkan kapasitas serta kapabilitas hardskils-softskils.